Jul 26, 2007
Girls' Night In
girls' night in
(shhh!!! malam kita-kita aja)
cerita oleh
dalih sembiring
nor huda
naskah oleh
nor huda
draf kedua
2008
“GIRLS’ NIGHT IN”
FADE IN
INT. KAFE PINGGIR JALAN – MALAM
Suasana kafe hingar-bingar, gambaran tipikal malam minggu, dengan pasangan dan kelompok yang saling “mojok”, saling menyuapi, bermanja-manja dan berhaha-hihi. Kafe terlihat sederhana dan tidak terlalu mewah, redup diterangi lentera tergantung.
Dua orang cewek, RIA(23) dan JACKIE(32) duduk berdekatan, pasangan yang tidak lazim tapi tetap menyatu dengan crowd yang penuh warna-warni, tanpa terkesan kontras. Yang membedakan mereka dengan pasangan-pasangan yang lain, bukan untuk seisi kafe tahu.
Ria dan Jackie duduk dekat-dekat bersebelahan, dua kepala yang hampir menjadi satu, dimana bibir tidak pernah jauh dari telinga dan melahirkan cekikikan-cekikikan kecil. Kedua-keduanya berpakaian selayaknya wanita umumnya, santai dengan kaos katun, celana jeans dan sendal jepit.
HP yang tergeletak di meja menyala biru terang sebelum berdecit dengan nada dering tanda ada SMS yang masuk. Ria membaca pesan yang tertera, kemudian tersenyum dan menoleh ke pintu keluar, mengangkat tangan dan melambai ke seseorang. Jackie ikut melihat.
RIA:
Sini bo’. Sini sama tante.
Seorang lelaki dengan kemeja biru garis-garis vertikal, celana jeans skinny leg dan tas pink gede menuju ke meja Ria dan Jackie dengan hebohnya, merangkul Ria dengan erat, dan menjabat tangan Jackie. DANNY(25) memesan kopi sebelum duduk berhadapan dengan Ria dan Jackie.
DANNY:
(Ke pramusaji) Crumbly coffee satu!
Ada cerita apa ‘ni? Kayaknya
seru banget... Share dong...
Ria menoleh manja ke Jackie yang dibalas dengan tatapan mesra. Tangan Ria digenggam Jackie, seolah memberi semangat untuk Ria meneruskan kata-katanya.
RIA:
Elo ingat kan say, kemaren dulu
yang gue curhat ma elo?
(Mengusap perut dengan perlahan)
DANNY:
Oh my GOD! Jadi bikin babynya?
Seru! Selamat yaaaaaa...
Mereka bertiga bangun dan Danny memeluk Ria sambil meloncat-loncat kecil. Agak ragu-ragu pada awalnya, Danny memeluk Jackie juga dan dibalas hangat. Danny menyeka keringat yang aslinya tidak ada dari dahinya.
DANNY:
Phew! Terus... (Tergantung)
Kata-kata Danny terpotong dengan kedatangan pramusaji yang menghidangkan secangkir tinggi kopi dingin dengan krimer putih di atasnya.
PRAMUSAJI:
Silakan.
DANNY:
Makasih mbak. (Menghirup kecil).
Aaahhh... (Penuh drama)tenggorokanku
kering baaaaanget tadi.
RIA:
(Menyalakan rokok)
Koq bisa, say? Kebanyakan ngomong kali.
JACKIE:
Ya nggalah... Kebanyakan nyepong...
DANNY:
(Bercanda) Emangnye eke perempewi?
Mereka bertiga meledak ketawa.
JACKIE:
Tadi elo mau ngomong apa?
DANNY:
Apa ya? Oh ya, soal baby.
Donornya emang dah dapat?
Punya gue aja... Gimana?
RIA:
Emang gitu kita maunya.
JACKIE:
He eh. Secara elo kan teman kita.
Mata Danny berkaca-kaca. Kedua tangannya didekap ke dadanya dengan siku di atas meja.
DANNY:
Oh you guys. Gue tersanjung.
...Banget.
Danny mengambil tangan Ria dan Jackie dan membungkusnya dalam genggaman tangannya yang gede. Kelihatan kuku tangannya yang apik terawat. Ekspresinya dibuat-buat serius, sambil menahan ketawa.
DANNY:
Gue janji deh, anak kalian bakal
cucok, pinter dan anggun kayak
gue.
JACKIE:
(Melepaskan tangannya dan ketawa).
Amit-amit jabang bayi deh! Haha!
Ya harus kayak gue ma Ria dong, Danny.
RIA:
Ya iyalah... Tapi kita akuin sih...
Kita nyari genetik femininnya elo, say.
Secara gue ama Jackie kan ga femme-
femme amat.
DANNY:
Trust me deh, kalau anak kalian cewek,
pasti ceweeeek banget dan kalau cowok...
Hmm... buat gue aja. Haha!
(Menghirup kopi) Udah ke dokter?
Jackie memandang Ria dengan bibir menyungging separuh senyuman, mengangkat bahunya dan kepalanya diajukan ke arah Danny, tanda untuk meneruskan pembicaraan. Ria mengangguk kecil.
RIA:
Udah sih... Tapi...
(Terhenti)
JACKIE:
Mahal, Dan. Gila banget.
Berapa juta gitu deh.
Dan itu juga ga harus sekali tanam
langsung jadi.
RIA:
Jadi...
CLOSE UP: Danny mulai memasang tampang cemas dan curiga.
DANNY:
Jadi...?
FADE TO:
INT. KAMAR KONTRAKAN - CONTINOUS
CLOSE UP: Danny masih dengan tampang kosong dan mulut sedikit terbuka.
DANNY:
(Dengan suara datar)
Jadi gue disuruh ngapain ni?
Kamar itu cuma diterangi lampu kuning dengan watt rendah yang tergantung dari siling. Mereka bertiga duduk di hujung sebuah ranjang dengan Danny ditengah-tengah. Selain kasur, perabotan lain di kamar itu cuma berupa lemari pakaian plastik, meja belajar, lemari buku dan dispenser Aqua dengan galonnya.
Sebuah laptop menyala terang di atas meja belajar. Wallpaper desktop laptop memperlihatkan Ria dan Jackie yang berpelukan mesra. Nyala putihnya mewarnai setumpuk DVD yang tergeletak di sebelahnya. Beberapa judul menggoda dengan gambar lelaki-lelaki bertubuh sasa saling rangkulan berpose di sampulnya.
Bahu Danny dirangkul mesra oleh Ria. Tangan Ria yang satunya lagi digenggam Jackie, kedua-duanya terletak manis di atas paha Danny. Ria memakai daster batik dan Jackie memakai singlet dan celana pendek kotak-kotak. Kedua-duanya dengan tampang memujuk. Danny dengan baju sama yang dipakai di kafe.
DANNY:
Kalian nabung aja dulu deh...
RIA:
Uhh... Kelamaan bo’.
JACKIE:
Lagian gue juga dah ga
muda-muda amat Dan. Masa gue dah
mbah-mbah anak gue masih SMP?
DANNY:
Kalau ga ada duit, ngapain bikin anak?
Mau dikasi makan pasir?
Secara pasir juga ga gratis
lho ya sekarang...
JACKIE:
(Suara meninggi)
Bawel elo ah.
RIA:
(Memujuk Jackie) Sayang...
(Balik ke Danny)
Kalau tabungan mah kita punya.
Tapi kalau bisa irit kenapa ngga?
Irit beberapa juta lho...
DANNY:
(Melirik tersinggung) Oh getu ya?
Aduuuh... ga mau deh.
JACKIE:
Tenang Dan.
‘Tar lampunya kita matiin koq.
Elo juga bilang kalau dalam gelap
semua lobang rasanya sama.
DANNY:
Tenang... tenang! Iya kalau lobangnya
cuman satu. Cewek kan lobangnya dua?
RIA:
(Meledek) Tiga, kali say.
DANNY:
(Kaget) Apa? Ngga ah. Ini gila. Ogah.
(Dengan gaya mahu berdiri, tapi
ditarik duduk oleh Ria dan Jackie)
Kenapa ga cowok lain aja, please?
Yang straight, keq?
RIA:
Elo teman kita dah lama Dan.
JACKIE:
(Tegas)Dan gue ga bakal ijinin
cowok sebarangan macem-macem
ma Ria. (Terdiam)
(Dengan nada mengancam)
Itu termasuk elo lho. Awas aja
kalau tiba-tiba elo jadi
nafsu getu ma Ria.
DANNY:
(Menghela nafas) Please deh ya?
Gue emang mau nafsu gimana?
Secara elo punya...
RIA:
Apa? Toket? (Mendekap tangan ke dada)
JACKIE:
Terus? Loe mau ma gue aja?
DANNY:
(Memandang Jackie dari atas ke bawah)
Ngga deh ya... No offence, tapi
kayaknya gedean punya elo deh.
Bisa trauma gue.
RIA:
Mantan elo yang terakhir bukannya
obes, say? Otomatis ada dadanya dong?
DANNY:
(Dengan nada tersinggung)
Hmph... Chubby yah...
RIA:
Sorry say...
JACKIE:
Ayolah Dan. Mana gue udah bela-belain
ngerental bokep binan. Banyak pula.
RIA:
Boleh ya say, ya? Anaknya anak elo
juga koq nanti. Daripada elo kasi
hak melahirkan ke orang sembarangan
yang ujung-ujungnya ribet?
DANNY:
(Terdiam sebentar) Ya udah udah udah.
Yuk, bikin anak.
Ria dan Jackie kegirangan.
CUT TO:
EXT. KAMAR KONTRAKAN – CONTINOUS
Jackie berdiri di luar kamar, ada riak cemas di mukanya. Sesekali dia melirik jam di atas pintu kamar. Kakinya mengetuk lantai dengan tidak sabar. Dari dalam kamar terdengar bunyi gesekan-gesekan sprei kasur dan suara pemeran filem porno gay berdesah-desahan.
RIA (V.O):
(Dengan nada sakit) Aduh!
(Ada bunyi sesuatu jatuh)
Aaaah!!! Aduh! (Hening)
Yah... Danny! (Bunyi hampa)
Setelah beberapa detik, pintu terbuka perlahan. Tampang Ria masam mencuka, mempersilakan Jackie masuk.
CUT TO:
INT. KAMAR KONTRAKAN – CONTINOUS
Danny berdiri di pojok kamar, jauh dari Ria dan Jackie. Ekspresinya sama juteknya dengan Ria. Kemejanya masih utuh terpakai, celananya terganti dengan handuk selutut. Tangannya terlipat di depan dadanya dan wajahnya dipalingkan ke arah samping dengan gaya “gue-ga-mau-tau”.
JACKIE:
(Nyengir) Gimana Dan? Enak?
Jangan bilang kalau elo malah jadi
pengen straight.
RIA:
Sayang, spreinya dicek dulu deh.
(Menunjuk ke kasur)
Jackie menyibak sprei yang terlipat dan menemukan setumpuk noda basah. Hidungnya berkedut dan matanya mengernyit, menahan bau yang asing buatnya. Wajahnya cepat-cepat dipalingkannya.
JACKIE:
(Menatap Danny dan Ria dengan bingung)
Lho? Koq?
CUT TO:
Danny berpaling perlahan untuk menatap Jackie, dan dengan ekspresi “what-did-you-expect”, mengangkat kedua bahunya serentak dengan kedua alisnya dan melenggang keluar. Jackie dan Ria bertatapan hampa.
FADE OUT.
THE END.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Wah.. luar biasa...
ReplyDeleteutk seorang calon dokter
aku suka
kirim naskah deh
ke penerbit
kereeen... trus2...??
ReplyDelete